Tuesday, November 27, 2007

Minnaar signs with Santa Cruz Syndicate

By BikeRadar


Multiple downhill world champ, South African pro Greg Minnaar, has joined the Santa Cruz Syndicate for the next two downhill racing seasons, according to team manager Kathy Sessler.
Santa Cruz Bicycles owner Rob Roskopp has had an eye on Minnaar for a few years now, and when Honda made the decision to end their involvement in downhill racing after 2007, Roskopp saw this as the chance he was waiting for to add Minnaar to the successful Syndicate program.


Greg Minnaar will race for the Santa Cruz Syndicate in 2008. (Phil Walter/Getty Images)



According to Sessler, having talented bike racers with big personalities is a prerequisite for the Syndicate, and Minnaar brings his professionalism, engaging personality and dedication to his craft to the squad.
"Something that impressed Roskopp the most was Minnaar's performance at the World Championships in Fort William, Scotland, when in his race run, he crashed and continued on to a successful 4th place finish with a dislocated shoulder and broken scapula suffered in the crash!" Sessler added. "Witnessing that type of mental determination and control was compelling for Roskopp to aggressively pursue signing Minnaar."
"I'm very excited to have Greg on the Syndicate," Roskopp said. "I admire his talent, professionalism and work ethic and have wanted him on the Syndicate for some time. The Syndicate will now have a broad range in the downhill squad with Steve Peat, Nathan Rennie, and Josh Bryceland. Having Greg will be amazing, and I look forward to seeing him race on the V-10."

"The most important factor for me in choosing a team I race for is the level of support, and the ability to race at my best," Minnaar said. "It's clear that the Syndicate is driven by people who love to race. We're going to be a pretty tough team to beat."

"Something we strive for in the Syndicate is to create an environment where each rider can express their unique individuality and develop their personas in the sport," Sessler said. "Supporting and maintaining the momentum Minnaar has attained in his career will be a feature of his program."

"Greg is going to be a huge asset to the Syndicate," Peat said. "He and I have been friends since he first visited the UK, a long time ago, and I can see how his drive to win along with his professionalism will be a huge plus for us on the circuit."

© BikeRadar 2007


Juara downhill pro dua kali dari Afrika Selatan Greg Minaar telah bergabung dengan Santa Cruz Syndicate untuk dua season pertandingan downhill, menurut manajer tim Kathy Sessler.

Pemilik Santa Cruz Bicycles Rob Roskopp telah memperhatikan Minaar selama bertahun-tahun. Ketika Honda memutuskan untuk mengakhiri keterlibatan mereka dalam pertandingan downhill setelah 2007 ini, Roskopp meraih kesempatan yang telah dinantikan itu untuk memasukkan Minaar kedalam program Syndicate yang sukses itu.Menurut Sessler, memiliki pembalap yang berbakat dengan kepribadian baik ini merupakan syarat sebagai anggota Syndicate, dan Minaar telah membawa profesionalisme, kepribadian yang memikat dan dedikasinya kepada team ini.

“Hal yang paling mengesankan Roskopp adalah penampilan Minaar pada World Championships di Fort William, Skotlandia waktu sedang bertanding dia jatuh dan tetap menyelesaikan sampai finish dengan sukses di urutan ke empat dengan keadaan dislokasi bahu dan scapula patah akibat jatuhnya tsb!”. Sessler menambahkan “menyaksikan determinasi dan kontrol dari tipe mental seperti itu telah meyakinkan Roskopp untuk secara agresif mengejar Minaar”

“Saya sangat senang untuk mempunyai Minaar di tim Syndicate” kata Roskopp. “Saya memuja bakat, profesionalisme dan etos kerjanya dan telah menginginkannya untuk beberapa lama.The Syndicate mulai sekarang memiliki jangkauan luas di team downhill dengan Steve Peat, Nathan Rennie dan Josh Bryceland.Memiliki Greg sangat menakjubkan dan saya menantikan dia bertanding memakai V-10”

“Faktor terpenting untuk saya dalam memilih sebuah team untuk bertanding adalah tingkat dukungan dan kemudahan untuk bertanding sebaik-baiknya” kata Minaar. “Sudah jelas bahwa the Syndicate digerakkan oleh orang yang mencintai pertandingan. Kami akan menjadi team yang cukup sulit untuk dikalahkan”

“Sesuatu yang kita perjuangkan di the Syndicate ialah menciptakan keadaan dimana setiap pembalap dapat mengungkapkan keunikan individu dan mengembangkan kepribadian di olah raga ini” kata Sessler. “ Mendukung dan mempertahankan momentum yang Minaar telah capai dalam karirnya akan merupakan garis besar dari program kami”

”Greg akan menjadi aset besar bagi the Syndicate” kata Peat. “Dia dan saya telah berteman dari dulu sejak pertama kali dia mengunjungi UK dan saya tahu bagaimana keinginannya untuk menang dan profesionalismenya akan menjadi poin lebih yang sangat besar bagi kami di sirkuit.”


Monday, November 26, 2007

hardtail on tjikole results

Final Run Under 30

No No Start Nama Team Time
1 1 Esa ZeroTwoTwo 02:52.100
2 87 usep ZeroTwoTwo 02:52.630
3 96 Ewa BAM 02:55.010
4 23 Dicky zink BAM 02:55.290
5 79 Eka Yuda G-Two / Garut 02:56.230
6 63 Inugraha ika busana jogja 02:56.710
7 98 Muhan Ute Rinar Pro/ Rancaekek 02:57.070
8 73 Sopian Lazy Riders 02:58.820
9 97 Rahman Batosai G-Two / Garut 03:01.230
10 89 Tri Flatland 03:02.350








Final Run Upper 30

No No Start Nama Team Time
1 101 A.F Fala G-Two / Garut 02:44.390
2 69 Bizmo BAM 02:57.670
3 33 Takin ZeroTwoTwo 02:59.080
4 103 Gaox G-Two / Garut 03:03.010
5 9 Gustarmono ZeroTwoTwo 03:05.550
6 22 Gung ZeroTwoTwo 03:08.980
7 11 Riva ZeroTwoTwo 03:09.480
8 91 Ade Flatland 03:11.050
9 30 Ramon B-Bike-MTB Freeride 03:15.950
10 104 Andy Gray GSM 03:17.860

taken from www.bandungallmountain.com


Tuesday, November 06, 2007

senayan green action



dari www.sepedaku.com

Monday, November 05, 2007

H. O. T. (Hardtails On Tjikole)

dari www.bandungall mountain.com



Posted on Thursday 1 November 2007

Waktu : Minggu, 25 November 2007
Tempat : Cikole

halo rekan rekan semuanya, dalam rangka beberapa hal dibawah ini :

* menyambut akhir tahun & musim hujan
* mengakomodir keinginan HARDTAILERS mania
* memberi kesempatan bagi yang kemarin berhalangan / penasaran ikut balap DH
* meningkatkan silaturahmi antara sesama penggemar olahraga sepeda
* tradisi ultah BAM bikin acara yang ‘gokil’ (tahun lalu superD di punclut)

maka rencananya BAM akan mengadakan acara H.O.T. (Hardtails On Tjikole) pada 25 November 2007 lokasi di Cikole.

Konsepnya “Downhill FUN RACE”

detail kegiatan & regulasinya masih digarap (misalnya pake fullsus boleh namun kena penalti waktu, usulan diadakan ‘one make race’ - sepeda disediakan, lomba kostum terbaik, lomba foto dll)

:-) :-) :-)

yuk!!!

GRAND PRIZE 2 BUAH NEW FRAME DIRTJUMP !!!

Friday, November 02, 2007

give support to mr hamdi

Mr Hamdi Hassyarbaini moderator and founder of the largest indonesian mtb mailing list mtb-indonesia@yahoogroups.com had his house burned down yesterday because a repaired car accidentally on fire at his garage (click here for the details). We really sorry for what happened and hope God give you and your family strength and patience. Pls give support by donate to his account:

Hamdi Hassyarbaini
Acc no : 4580199459
Bank : BCA

TRIP PALASARI : the real all mountain trail, Sept 2, 2007

Oleh Heru 3G a.k.a “Truk Container 40ft yang salah gaul”

dari http://mtbroger.multiply.com/reviews/item/10

Assalamu'alaikum .
Wah!! minggu yang riweh dengan urusan kantor membuat diriku ndak sempet nulis trip report Palasari hari Ahad satu minggu yang lalu. Padahal sedemikian banyak yang ingin di sharing dan ditumpahkan dalam tulisan ini dan juga banyak sms, talipon serta emil yang menanyakan trip report ini (waham mode on), jadi selesai ndak selesai trip report harus dikumpulkan biar bisa segera dikasih ponten sama Aa Gumilar van Cicaheum. Kembali diucapkan tararengkyu kepada Mener AM dan barudak TERJAL yang dengan cepat bisa menyelesaikan masalah ndak bisa dipakainya jalur sapedahan siweh, langsung pindah ke palasari dengan mulusnya, trip yang ndak kalah menyenangkannya… so kita masih punya tabungan untuk touring ke Siweh some other time after this fasting ramadhan period.



Seperti biasa rencana touring selalu disambut meriah dan gegap gempita, apalagi pada hari sabtu itu pak Wilman Jess juga ulang tahun yang ke ?? (beliau malu lupa usia) sehingga persiapan loading">disebut, takut dibilang lupus sepeda ke si Koneng pun didahului dengan ransum makan malam yang wuenak (dengan menu lontong+sateayam/kambing+gulai+cocktail). Ditengah riuh rendahnya acara makan sate dan gulai tersebut terdengar telepon dari Mener AM yang sudah ada bandung dalam rangka persiapan siweh ini, dimana dinyataken bahwa Siweh ndak bisa dipakai karena lagi digunakan latihan pak tangtara, so kita takut dong kalo ada peluru nyang nyasar. Sambil nunggu konpirmasi kita tetep keukeuh loading sepeda ke si Koneng, poko’na mah besok tetep harus mboseh touring, kemanapun jadi deh (dasar sudah napsu mode on). Akhirnya sekitar jam setengah sebelas malem dapat kepastian akan ke PALASARI “Pengganti Acara Lembang Arah Siweh Alhamdulillah tetep Ramai dan Indah” (semoga)… walhasil malem itu tidur jadi nyenyak karena besok paginya sudah ada kepastian tujuan touring.

Seperti biasa abis subuh langsung ngeluarin trajet, kumpul di taman komplek satu persatu para goweser datang ahgirnya rombongan berangkat dari graha dengan tiga mobil si Kuda, si Trajet, si Espass dan si Koneng sang pembawa sepedah. Di rest area Cikarang sempat nunggu rombongan pesepeda dari Jacyco-Jababeka Cikarang yaitu Om Agung dkk. Dengan Isuzu Panthernya, maklum oom Agung ini kerja di pabrik mesin Isuzu, salam buat wak Haji Siwi ya Oom Agung. Rombongan segera lanjut ke Bandung langsung menuju ke Cicaheum tempat dimana mener AM dibesarkan. Sampai disana nasi uduk sebagai sarapan pagi udah menunggu untuk disantap, sekalian juga ambil jatah pepipela sebagai bekal makan siang. Tabik buat Om Aris dan keluarga, yang mampu merespon perubahan acara dan tempat gowes dengan cepat dan tetap bisa mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik dan segera bisa memindahkan basecamp dari KPAD ke Cicaheum dengan baik..

Secara umum palasari lebih “manusiawi” dibandingkan dengan trek turunan panjang geleuh, manglayang yang digelar pada kesempatan sebelum ini, tapi yang namanya trek anak Terjal pastilah terasa aroma Terjalnya. Apalagi kalo mereka yang nggowes dari bawah, pastilah melewati tanjakan frustrasi di desa Caringin Tilu itu, la bayangin kita yang di mobil aja empot-empotan waktu jalannya naik, terbukti dari angkot yang disewa buat ngangkut goweser dari Cicaheum ada juga yang ndak kuat nanjak disitu. Hanya dengkul sekualitas XTR dan dipadu dengan semangat juang 45 lah yang bisa lolos ditanjakan itu. Nah kalo saya mah teteup keukeuh milih naik mobil saja, sampe desa terakhir itu.

Oom Ricky Jarambah sebagai yang dipertuan Agung pun mulai membuka acara setelah sebagian besar goweser sampai disana, suara beliau yang menggelegar ditingkahi dengan lenguhan sapi membuat saya sering bingung yang lagi ngabsen ini Oom Ricky apa Oom Sapi (he he just kidding Oom). Intinya pre caution mengenai safety ridding yang memang harus selalu disampaikan dimanapun kita mau bergowes ria, dan harus menjadi sesuatu yang wajib seperti demo pemakaian pelampung oleh cabin crew. Kebayang kan secara kognitif kita saking sering-nya dikasih demo tentang safety flight tentu sudah apal, tapi kalo ada accident beneran pastinya panic mode on akan muncul. Seperti itulah saya memahaminya, karena secara teori tentu sudah tahu, tapi kalo turunan kok ya masih jatuh juga, well kalo nggak karena saya lemot, tentu karena badan saya yang embot itu yang membuat diturunan menjadi agak-agak kurang balance.

Secara teknis rombongan pun dibagi dalam 3 kelompok yaitu first class adalah kelompok orang yang dianggap atau minimal punya anggapan bahwa dirinya mumpuni skillnya, dan kelompok second group adalah yang mereka nanggung.. kuat enggak lemah enggak dan kelompok terakhir adalah kelas dengan perhatian khusus yang terdiri dari para nyubi dan mereka yang “berkelainan” he he he… Belajar dari pengalaman sebelumya dimana seluruh kelompok harus nunggu kelamaan sampai “the last container 40ft” muncul, maka sekarang dibikin aturan setiap kelompok wajib menunggu selama 30 menit pada setiap pos, kalo kelompok berikutnya ndak muncul juga maka kelompok tersebut bisa melanjutkan perjalanannya… iya lah aturan ini lebih fair buat semua pihak.




Tradisi khas Terjal adalah trek selalu diawali dengan TTB, pada 20 menit pertama sudah membuat salah seorang goweser mengalami kehilangan kesadaran (saya kan janji pada B4BE Lutfi untuk nggak nyebut nama goweser yang pingsan itu). Analisa sementara karena kurang pemanasan dan terlalu memaksakan diri untuk kept on gowes ketika tubuh sudah memberi signal untuk TTB… ingat Oom seperti kata pepatah “Malu TTB sesak di nafas”, beruntunglah salah seorang barudak terjal akang Cucu punya keahlian dalam menghadapi situasi seperti ini menurut pengakuan sang goweser yang enggan disebut namanya tersebut ada proses aliran energi tenaga dalam (chi) yang dialirkan oleh kang Cucu sehingga proses recovery nya bisa berjalan dengan cepat, setelah itu dilakukan senam pernafasan untuk mengembalikan kondisi dan kamipun membantu dengan memberikan hitungannya satu, dua, tiga… sampe sepuluh.. dan akhirnya goweser tersebut sehat wal sepeda kembali bahkan entah karena pengaruh tenaga chi kang Cucu yang mengalir maka sang goweserpun sangat perkasa pada etape berikutnya, bahkan pada turunan maut di ujung hutan pinus pun bisa beliau libas dengan penuh semangat dan keberanian… saya curiga hal itu karena efek dari chi yang dialirkan oleh kang cucu, he he he…….

Urusan goweser pingsan beres, selanjutnya sedikit nemu turunan yang agak enak.. welah masalah muncul lagi, kali ini problem teknis dimana patrol pakde Wito nyeplos rem hidrolis belakangnya, setelah dioprek oleh banyak pihak tetap ndak bisa sembuh seperti sediakala, aghirnya pak Fivin sang Ketu bersedia bertukar sepeda dengan Pak Dhe Wito. Inilah kredo seorang ketua yang baik, dimana ada kesulitan disitulah beliau turun tangan, padahal kondisi fisik beliyau lagi agak nggak enak body. Walhasil pak Ketu yang biasanya agak “liar” dan cenderung banyak melakukan lompatan kelinci, pada trip kali ini kelihatan sangat “jinak”, santun dan penuh perhitungan, dimana pada setiap kali nemu turunan yang rodo ekstrim, dengan santunnya beliau turun dari sapedah dan brosot pelan-pelan. La iya lah wong ndak pake rem blakang. Sementara pakdhe Wito yang harus pakai si panci juga ndak berani turun maksimal, maklum bukan sepeda pegangannya.

Trek cenderung dominant nanjak menipu, yaitu jenis tanjakan tidak kentara dengan beda tinggi yang tipis, secara kasat mata ndak kelihatan nanjak tetapi sangat kasat dengkul, karena kayuhan sangat berasa minutes by minutes makin memberat. Sesekali bonus jalan agak mendatar ataupun menurun sedikit.. eh tapi diakhiri dengan tanjakan yang ekstra… hwarakadah… sebelum nemu pos monyet untuk istirohat pertama. Beberapa banci kamera video kemudian pura-pura nggowes di akhir etape menjelang pos monyet ini, untuk menutup sebagian aksi TTB-nya yang tidak terekam kamera. Istirohat di pos monyet cukup lama, ada yg langsung makan siang tp sebagian masih menunda pepipela lunch-nya dan seperti biasa container 40ft menjadi last Mohican yang sampai pada pos ini itupun karena bantuan berbagai pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu (ngeles mode on).

Lanjut menuju perjalanan ke pos dua di saung bawah poon bamboo, single trek tidak terlalu menimbulkan rasa frustrasi karena ada kombinasi antara turunan dan tanjakan, ibaratnya pada jalur ke pos dua ini masih menimbulkan harapan, karena kita masih berharap di depan ada turunan. Tapi pada trek ini ada pesepada yang jatuh salto juga i.e Oom Arief yang aghirnya ada tato bebatuan di dengkulnya. Di saung pohon bamboo istrirohat cukup lama, sebagian mengambil pepipela untuk makan siang, ada yg sekedar tetiduran melemaskan dengkul.

Perjalanan dilanjutkan menuju hutan pinus, kembali jenis trek tanjakan menipu berserakan diarea ini, bagi dengkul XTR memang ndak masalah, tapi buat say amah sebagaian besar TTB, mulai dari TTB mandiri sampai TTB secara Team (maksudnya sapedah gue dituntunin). Tapi segala jenis siksaan ini berkahir ketika ketemu turunan hutan pinus… benar-benar mantaf alaina… mak nyossss sampai berakhir pada turunan maut di ujung pinus jelang kebun tomat apa kol ya??? Pada turunan ini hanya yg bernyali dan ber skill tinggi yang bisa meluncur diatas sepedanya dengan selamat. Soalnya kalo yang bisa lewat sih banyak, liwat sambil dituntun ;-))))). Tapi disini Ustadz Ricky Jarambah sempat terjerambah di turunan ini, pas diujung turunan ada selokan kecil yang membuat ban depan beliau stopie, sehingga berat tubuh ustadz ricky yang sebelas dua belas dengan sayapun terlontar dan sepertinya stang sepeda ingin berkontribusi dengan sedikit menorehkan “retak rambut” di tulang iga-nya… semoga lekas sembuh, karena keberadaan akang Ricky emang sangat dibutuhkan (sebenernya sih cuma butuh si Koneng dan pak Yatmannya ;-)))))). Selanjutnya trip berlanjut ke turunan jalan aspal, sebagian peserta kelompok pertama dan kedua masuk ke kanan ke single trek kebun jagung untuk masuk ke jalur yang agak-agak teknikal. Sebagian lagi lurus on road dan karena back ground sekolahan saya social maka saya cenderung untuk memilih menghindari trek teknikal ini, jadi gowes on road sampai cicaheum dimana si koneng sudah menunggu untuk loading sepeda, serta lontong opor van cicaheum yang sudah siap disantap. Overall trek ini menyenangkan kecuali masalah debu yang mengganggu pandangan dan juga deru suara motor cross yang mengganggu kekhusukan hati dalam menikmati alam.

Terima kasih terucap kepada Mener AM dan keluarga; man teman G!Mtb; para barudak Terjal; B2W Bandung ; ROBEK’s; Jacyco; dan teman-teman lainnya. Sedikit menyesal ndak sempat mendapat tauziah dari Ustadz AMRI karena perubahan yang mendadak ini. Menjelang romadhon ini pula saya muhun maaf kepada semua pihak yang telah saya repotkan dalam trip ini maupun berbagai trip sebelumnya.
Kept d gowes spirit a life
Wassalam,

Thursday, November 01, 2007

8 Halloween costumes for cyclist

Oleh Elden "Fatty" Nelson
dari http://www.bikeradar.com

English



Sebagai pesepeda, pasti bakal lebih bagus perlengkapannya dari orang biasa untuk Halloween. Kenapa? Karena setiap hari sudah memakai kostum aneh

Pikir saja. Biarpun kamu (diasumsikan) adalah orang dewasa yang waras, tapi kamu pakai kemeja yang lebih cocok untuk superhero. Kamu pake celana pendek yang sangat, sangat terlalu ketat, seperti sedang mau kekelas jazzercise. Kamu pake topi punya alien.

Dan untuk melengkapi keseluruhan penampilan aneh itu, kamu pakai sesuatu yang terdengar dan terlihat seperti sepatu tap dance

Tidak heran kalau pesepeda lalu jadi agak malas untuk berdandan di pesta Halloween. Dari pada menghabiskan waktu dan uang untuk itu lebih baik datang dengan pakaian untuk bersepeda ke pesta. Hey kenapa nggak? Sedikit keringat akan melengkapi keseluruhan efek, ya kan?

Yang tidak kamu sadari adalah bahwa semua teman, keluarga dan rekan kerja akan mendelikkan matanya akan kekurangan imajinasimu. “Itu dia Tim” mereka bilang, “berpura-pura lagi memakai pakaian sepedanya sebagai kostum Halloween.”

Ga usah seperti itu, bro

Dengan hanya beberapa menit, kamu bisa merubah kostum sepeda untuk malam hari, membuatkamu tidak hanya menjadi ‘pesepeda’ di pesta, tapi pesepeda jenis tertentu. Ikuti instruksi dibawah ini:

Pesepeda Doping: Berpakaian dengan kelengkapan profesional. Gunakan spidol untuk menggambar tusukan-tusukan jarum dibawah dan atas tangan. Ikatkan selang infus diatas satu siku dan biarkan sebuah jarum suntik nancap di pembuluh darah. Bawa tongkat infus selama pesta. Isi saku jersey dengan botol obat-obatan. Kalau ada yang bertanya kamu sebagai apa, kamu jawab bahwa kamu adalah pesepeda professional. Jika mereka bertanya untuk apa jarum dan obat-obatan itu, kamu bilang saja kamu tidak mengerti apa yang mereka tanyakan. Bagaimanapun keadaannya jangan mengaku kalau kamu bawa barang-barang yang berhubungan dengan obat-obatan.

Mountain Biker (Jika kamu pesepeda jalan raya): Persiapkan ke pesta dengan menambah bobot 10 kg dan 20 – 30 tatoo. Pakai celana baggy – baggy banget sampai merosot terus. Datang ke pesta dalam keadaan mabuk dan terus minum sesampainya disana. Ngotot lah bahwa kamu punya keterampilan yang edan.

Roadie (kalau biasanya kamu mountainbiker): Persiapkan ke pesta dengan menaruh tongkat dipantat. Pakai celana tight yang sangat tidak nyaman selama pesta, minum hanya air mineral dan beritahu semua orang jumlah pasti kalori dan lemak dalam makanan yang mereka makan.

Triathlete: Jangan datang ke pesta karena kamu baru melakukan 4 latihan hari ini masih kurang satu lagi dan kamu tidak mau merusak latihan, apapun yang terjadi.

Pesepeda recumbent: Plester kacamatamu, kalau bisa jahit proteksi saku di jersey dan secara ngotot dan keras terangkan kepada semua bahwa sepeda recumbent lebih lebih nyaman dan praktis daripada sepeda ontel. Bicara yang banyak tentang prostat.

Pesepeda rekreasi: Pakai baju biasa dengan lipatan celana sebelah kanan benar-benar berminyak dan sobek-sobek. Pakai helm sepeda terbalik dan miring ke satu sisi. Bilang pada orang-orang bahwa kamu mulai bersepeda lagi supaya kurus.

Commuter: Pakai baju biasa, bawa ransel atau tas pak pos penuh dengan baju sepeda bau selama pesta. Buat rambut model kepencet helm dengan jelas. Tetap cari kesempatan untuk secara tidak sengaja memberitahu bahwa kamu seorang bike commuter dalam setiap percakapan.

Fixie / Track Cyclist: Berpakaian seperti seorang roadie, tapi kamu harus tetap berjalan, atau – jika kamu harus berhenti – kamu harus trackstand dengan bergerak maju 5 cm lalu mundur, lalu maju, lalu mundur lagi.

Benar kan? Perubahan mudah, efektif dengan transformasi total. Tidak ada yang akan mengenalimu. Lebih baik mulai mempersiapkan pidato “Kostum Terbaik” dari sekarang.

TEAM G CROSS HONDA COMES TO AN END

From 23degrees-sports.com

Following an announcement by Honda at the end of the final JCF race series this weekend in Japan, it can be confirmed that Team G Cross Honda will not be continuing.

23 Degrees Sports Management, the company hired by the Honda Racing Corporation to manage the international mountain bike race activities for the company, confirms today that the program will have no future beyond 2007.

According to the statement released by Honda Racing Corporation:

"First of all, we want to express our gratitude to Team Director Martin Whiteley, riders Greg Minnaar, Matti Lehikoinen, Brendan Fairclough, and Cyrille Kurtz, and the talented technical staff of 23 Degrees for their complete understanding and cooperation to the challenge; realizing a completely new and world class race category for Honda.

"As a motorcycle manufacturer, we had achieved the approach of this challenge by applying our technology which has been cultivated by our motorcycle development, and getting some feedback to our motorcycle technology is one of the purposes of our entry into the downhill mountain bike racing activity. The original "RN01" technology for example, frame and suspension, was designed utilizing off-road motorcycle technology, including a very special centrally mounted gearbox that is able to change shift at any time; these were improved repeatedly, and were completed as we expected and hoped it would when we started this project back in 2000. The correctness of direction, and our approach, has been validated by the fact that we have been the number one international team for the past 2 years, and proven by the race results including acquisition of the Norba title (2004) and World Cup title (2005).

"Again, we wish to express our gratitude to all team members and persons related to this project, and want all members of the team to continue aiming at success in all the challenges that lie before them. We deeply appreciate the cooperation and warm guidance we received as a company from both the race scene and the bicycle industry, allowing us to learn a lot over these years, and of course, we greatly appreciate and respect the warm and sincere appreciation of our efforts by the fans of Team G Cross Honda, which was obvious at every race we attended."





Statement from 23 Degrees Sports Management CEO Martin Whiteley:

"Team G Cross Honda has been a very important part of the international race scene over the past 4 years, and the successes have been well documented. However, I think the greatest success of the project has been the way in which it has asked the participants (riders, fans, media, sponsors) to look at our sport in a different light, and to think outside the box when it comes to race technology and the approach to racing. As a company we are indeed indebted to the Honda Racing Corporation for having the confidence in our abilities to carry out their objectives. We are also extremely appreciative of the co-sponsors that joined in with our efforts, namely Alpinestars, Maxxis, Showa, Formula, Mavic, Funn, SDG, Sram, Motorex, Sapim, PowerBar, Chris King and ODI.

"I also want to pay a particular tribute to the talented riders and staff who have formed part of the World Team since 2004. Namely Greg Minnaar, Matti Lehikoinen, Brendan Fairclough and Cyrille Kurtz, as well as mechanics Mike Van Zyl, Mark Maurissen and Adam Bonney, Road Manager Paul Schlitz and Photographer Gary Perkin. Their contributions have been invaluable."